Faktor kemiskinan akibat
krisis moneter yang tak kunjung selesai inilah yang menyebabkan siapa saja
akan menyerahkan sekaligus mengorbankan nilai hidup itu dengan sejumlah uang.
Cara-cara yang demikian jelas bukan mempertahankan hidup, tetapi justru menginjak-injak
hidup dan sama sekali kurang menghargai hidup.
Menghargai nilai hidup yang hanya terukur secara kasat mata, membuat manusia menjadi makin materialistis, padahal hidup punya nilai lebih dari sekedar mengisi rumah dengan berbagai barang elektronik, peralatan serba canggih, tetapi pada akhirnya dia sendiri tidak menjadi manusia, karena tidak mempunyai kebebasan, harus menjaga siang dan malam, rumahnyapun bak penjara, ada banyak rantai dan gembok. Itupun masih kurang, sehingga harus mengupah seseorang untuk menjagai peralatan elektronik yang mahal itu, itupun masih kurang, saudaranya sendiri yang bisa lebih dipercaya pun dikorbankan untuk menjagai laksana seekor herder. Dan seandainya terjadi pencurian, maka satpam yang tewas di dalam menjalankan tugasnya hanya mendapat tunjangan atau santunan yang kurang memadai jika diukur atas dasar nilai hidup itu sendiri.
Upaya iblis yang begitu
lihai di abad-abad orang pintar sekarang ini bukan lagi berkisar pada sadisnya
pembunuhan, hitamnya tipu muslihat, tetapi akan terpusat pada peng-ilah-an,
yaitu suatu model patung atau baal yang membuat orang pintar pun
menjadi keblinger yang pada akhirnya merendahkan nilai hidup dan
secara otomatis merendahkan pula nilai Sang Pencipta - Allah Sang Pembuat
hidup itu.
Alangkah bahagianya, jika
masing-masing pribadi bisa melihat nilai hidup yang jauh lebih berharga dari
kekayaan dunia, itu berarti bahwa manusia akan jauh lebih bebas, tidak ada
lagi pencuri harta benda, karena siapa yang bisa mencuri hidup ? Jika setiap
pribadi bisa menempatkan nilai hidup itu di atas segala-galanya maka kriminalitas
akan hilang dengan sendirinya. Bukan hanya itu, setiap orang akan dengan senang
hati diajukan ke meja hijau, karena di dalam setiap kasus yang dimejahijaukan
orang akan dengan senang hati ditunjukkan betapa lebih berharganya hidup itu.
Bagaimana dengan Indonesia ? Indonesia adalah negara termiskin untuk saat ini, sehingga nilai materi itu sangat menentukan harga, gengsi atau pamor seseorang. Nilai hidup tertempatkan terkemudian, itulah sebabnya ada banyak hal yang kelihatannya janggal, kurang masuk akal, saling curiga mencurigai, rebutan kursi jabatan, menghilang ketika harus mempertanggungjawabkan di persidangan, merasa terusik jika hartanya diselidiki ... bom meledak. seperti istilah orang Jawa rebutan balung tanpa isi seperti berebut tulang tetapi tidak ada apa-apanya; karena apa yang sekarang mereka perebutkan bukan nilai hidup manusia, tetapi materi. Indonesia miskin, bukan karena tidak mempunyai materi, kita kaya tambang, kita kaya alam, tetapi Indonesia miskin akan nilai hidup. Itu masalah kita !
Nilai hidup adalah satu
hal yang amat penting di dunia ini, sebab segala sesuatau akan berjalan dengan
harmoni, indah dan sangat menarik, jika setiap orang bisa menghargai nilai
hidup, baik nilai hidup sesama manusia maupun dirinya sendiri.
Nilai hidup adalah bobot,
kadar atau kandungan penghargaan (jadi bukan sekedar harga) yang melekat dan
menghakekat pada hidup itu sendiri. Itu berarti akan kurang pas jika kita
hanya menyebutkan harga hidup itu sama dengan biaya sejak ia sudah ada di
dalam kandungan ditambah dengan biaya-biaya makan, minum, obat-obatan, perawatan
sampai saat ajal seseorang, semua itu diakumulasikan. Nilai hidup ada yang
jauh lebih berharga dari sekedar akumulasi biaya-biaya tersebut.
Kegagalan orang memprakirakan nilai hidup, menyebabkan orang mudah dibayar dengan tugas memasang bom atau bahan peledak di suatu keramaian yang tentunya menewaskan sejumlah jiwa. Walaupun bayarannya tinggi, tetapi nilai mata uang itu tidak bisa menggantikan nilai hidup itu sendiri.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |